Selasa, 13 September 2011


Semua ini begitu nyata baginya, yang dulu tak pernah terfikir dibenaknya namun harus terjadi juga. Tak hanya itu ia pun ikut merasakan apa yang dilihatnya.

Selama beberapa hari ini di rumah selama liburan, ibunya sering sakit. Bahkan setiap waktu selalu mengeluh kesakitan. Sehingga kini ibunya terbaring dikamar, dan tak banyak yang dapat dilakukannya lagi. Hingga suatu sore ia mengangkat air satu ember, tiba – tiba pinggangnya terasa sakit.

Keesokkan harinya, ibunya pergi untuk berobat dengan ayahnya. Setelah pulang ia menerima berita yang tak sedap didengar, ternyata terserang ginjal yang kanan. Anggara berfikir beberapa bulan kemarin ayahku yang terkena ginjal, terus bulan selanjutnya neneknya dan sekarang ibuku, lalu seseudah ini apa lagi.

Tuhan begitu besar memberinya cobaan, teman – teman dan kerabat keluarga berharap ia sanggup menerima semua ini.

Paman Anggara berkata, cobaan hidupmu begitu berat ?

Berat kenapa paman ? Tanya Anggara.

Dulu kau baru lahir sudah terhina , sampai sekarang kamu selalu jadi hinaan orang lain. Jawab paman.

Memangnya kenapa dengan saya waktu kecil ? Tanya Anggara penasaran.

Dulu kamu terlahir dengan kondisi sangat menyedihkan. Waktu bayi kamu kurus, hitam dan selalu sakit, bahkan setiap minggu kamu selalu dibawa berobat. Sehingga kamu dianggap lahir kedunia ini pembawa sial. Kami sekeluarga bingung dengan semua ini, bahkan ada yang mengusulkan agar kamu dibuang atau dititipkan di panti asuhan. Setiap kamu dibawa pergi selalu dikatakan bayi pembawa sial. Jawab pamannya dengan nada sedih.

Tapi paman, jawab Anggara.

Tak hanya itu, setelah kamu mulai sekolah kamu selalu dihina teman – temanmu karena fisikmu lemah, tak semestinya semua ini harus kamu jalani dengan begitu berat. Bahkan hingga sekarang banyak orang yang mengucilkan kamu dari kelompok yang sering kamu ikuti. Jawab paman.

Ia paman, jawab Anggara dengan nada sedih.

Benar kan ? Tanya paman.

Ehhh, jawab Anggara.

Tak cukup sampai disana kamu sering juga dianggap remeh oleh yang lain, tap kenapa kamu begitu sabar ? Tanya paman.

Tapi kan paman, jawab Anggara.

Jika paman jadi kamu, paman tak sanggup lagi menatap senyuman matahari, tapi kamu masih bisa tersenyum manis memandang indahnya dunia. Jawab Paman.

Kan paman, masih ada yang tak seberuntung saya ? jawab Anggara.

Itu lah kamu, yang selalu berhati besar dan penuh syukur. Jawab paman

Dengan syukur nikmat akan bertambah paman. Jawab Anggara dengan nada menghibur.


Itu lah yang paman suka dari kamu, semoga kelak kamu bisa mengharumkan keluarga kita dan kamu bisa menjadi sumber inspirasi dan suri tauladan bagi yang lainnya. Jawab paman.

Ia paman terima kasih atas semangat dan doanya, amin. Jawab Anggara.

Pamannya langsung pergi meninggalkannya sendirian.


Nantikan kisah selanjutnya di faridwanjaswa.blogspot.com

0 komentar:

About Me

Foto Saya
faridwan
jambi, jambi, Indonesia
cuexz
Lihat profil lengkapku

Footer Widget 1

wellcome

wellcome at faridwanjaswa.blogspot.com

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Laman

Powered By Blogger
faridwanjaswa. Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Postingan Populer

Pengikut

Share

Share

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail