Minggu, 07 Agustus 2011

Saat ia menyaksikan program televisii , kebetulan menayangkan kehidupan orang – orang di balik gedung – gedung pencakar langit. Mulai dari gelandangan , pemulung, pekerja serabutan, pengemis , pengamen, fakir miskin dan lain - lainnya.

Disana menceritakan kehidupan sisi lain yang begitu mewah dan megah, namun mereka tetap semangat dan dapat tersenyum dengan sumpringah untuk menghadapi kekejaman dunia.

Yang pertama kalinya ia melihat seorang ibu – ibu sebagai tulang punggung keluarga. Dimana ia harus menanggung beban keluarga , sang nenek kena struk, anak sekolah, dan suami telah meninggal dunia dan anaknya benyak. Bahkan pendapatannya tak menentu, namun Ia tetap semangat dan senyum kepada semua penumpangnya.saat diwawancarai team reporter bagaimana apakah penghasilan ibu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari ?

Ia menjawab, sebenarnya masih kurang mbak,,,,,,tapi saya harus kelihatan tegar dihadapan anak – anak supaya mereka tetap semangat .

Apakah ibu pernah mengeluh dengan semua ini, Tanya reporter itu ?

Saya tidak pernah mengeluh, walaupun banyak tetangga cerita tentang kehidupan mereka kepada saya, jawab ibu itu.

Terus ibu cerita dengan siapa setiap ada masalah, Tanya reporter ?

Saya curhat sama Tuhan melalui lantunan doa, jawabnya?

Anggara sangat terharu terhadap siaran yang ditayangkan di stasiun swasta Indonesia yang masih perduli dengan kaum miskin yang berada dibalik gedung – gedung mewah. Apa lagi ia nonton sendirian dengan suasana yang begitu sepi karena kedua orang tuanya sedang pergi dan adiknya sedang main bersama teman – temannya.

Saat keesokannya ia melihat di stasiun yang sama dan program serta jam yang sama disana menceritakan kehidupan yang sama yaitu seorang nenek harus menghidupi dua orang cucunya. Dia hanya seorang buruh cuci namun kedua cucunya bisa sekolah. Saat bangun tidur ia membangunkan cucunya untuk mengambil pakaian di rumah para warga yang sudah disiapkan didepan rumah.

Saat ditanya team reporter , dimanakah kedua orang tuanya ?

Nenek itu menjawab, ibunya meninggal sudah satu tahun yang lalu, sedangkan ayahnya pergi ? jadi tinggal;ah saya yang mengurus cucu saya karena kami hanya bertiga saja di kota ini.

Apakah dari kerja ini nenek merasa cukup untuk menhidupi kedua cucu nenek , Tanya reporter kembali ?

Sebenarnya tidak cukup namun kami berusaha bersyukur dan Tuhan memberikan rezeki, jawab nenek.

Untuk yang kedua kalinya ia terharu terhadapap tayangan televisi , ia berharap tak ada warga yang seperti itu disekitarnya. Bahkan tak cukup dengan haru saja namun kini matanya berkaca – kaca. Dan dia mengambil hikmah dari tayangan tersebut bahwa masih banyak orang yang tak seberuntung dia. Yang masih bisa makan dengan kenyang dan mampu menikmati keindahan dunia yang begitu indah. Dan ia kini lebih bisa bersyukur dengan semua ini. Bahkan ia bercita – cita suatu saat ingin membuat lapangan pekerjaan kepada orang yang tidak seberuntung dia. Tapi apa dia mampu sedangkan ideks prestasi selama kuliah sangat rendah ? bahkan setiap saat ia selalu bertanya – Tanya apa benar mimpi saya ini.

Nantikan kisah selanjutnya di faridwanjaswa.blogspot.com

0 komentar:

About Me

Foto Saya
faridwan
jambi, jambi, Indonesia
cuexz
Lihat profil lengkapku

Footer Widget 1

wellcome

wellcome at faridwanjaswa.blogspot.com

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Laman

Powered By Blogger
faridwanjaswa. Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Postingan Populer

Pengikut

Share

Share

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail